14 Maret 2013

untuk direnungkan

 jangan bersedih ketika kamu belum bisa meraih bintang tapi bersyukurlah disaat kamu masih berkesempatan menginjak bumi :)






the one thing that you all have to know is I MISS YOU ALL :')

4 Februari 2013



What a great happines ! santana hari ini usianya tepat 31 tahun .. dan ini kali keduanya gw ikut andil dlm acara seru-seruan perayaan ultah santana fm tercinta

senengnya luar biasa pemirsaaaa, hari ini gw pengen loncat loncaat sampe bandung rasanya. ini kali pertamanya gw dapet penghargaan as the best female announcer in 2013 @santanafm ,, bagi gw ini adalah reward yang patut gw syukur-in karena ga semua orang yang berkesempatan untuk merasakan apa yg gw rasakan hari ini. pastinya banyak penyiar-penyiar hebat disantana namun x factor yg sering orang2 bilang itu ada di pihak gw so gw ga mau nyianyia-in this oppurtunity ,, gw bakal dorong diri gw yg sering males-malesan, gampang bosan, mudah putus asa dan fragile (ayuu bangeeet) hihiii..


harapan yang masih sama kaya' sebelumsebelumnya untuk santana  semoga selalu bisa menjadi sahabat bagi saners bukan hanya di bengkulu tp diseluruh indonesia bahkan dunia (  streaming-nya streaming , ayoayooo)


besok kita lanjut yaa ceritanya , malem ini ayu mw bobo cantik dulu.. daaaagh :')

10 Agustus 2012

jangan marah kalo ibu ga ngebolehin ini itu.......

ternyata ibu masih nganggep ayu anak kecil..
kan kemaren ceritanya ayu mau dijahitin baju sama ibu, ayu ga tau model bajunya apaa bingung mw yang gimana buat dipake lebaran. hehee.. kita emang selalu pays great attention sama yang namanya hari kemenangan atau idul fitri yang lebih sering akrab dibilang hari lebaran.
akhirnya ayu pengennya model baju yg kaya ibu mau yaitu baju atasan sama roknya juga. trusdesign nya ada dikit tambahannya kaya ditempelin bahan gituu.. naaah waktu mau buat lengannya ibu bilang lengannya yg biasa aja yu :( . muka udah mesem dan mulut udh manyun, kenapa ga boleh model yg lain?.. eh ga taunya ibu bilang kamu ga cocok model yg itu kaya orang dewasa ajaa kamu masih kecil yuu..
oh ibuuu,, i guess it's not like you think for sure mom.  
ternyata org tua selalu menganggap anaknya masih kecil meskipun sebesar apapun anaknya sekarang tinggal kita gimana buat ngehargain orang tuanya yg kasihnya ga pernah akan ada habisnyaa..

how much i love you mom .. :*

6 April 2012

kendalikan egomu atau egomu akan mengendalikanmu

gw ayu. nama panjang gw ayu bisma putri. gw orangnya santai tapi kalo ada yg sekira ga sejalan gw bantai. kenapaaa? mau bilang sadiiiis??? trus masalah buat looo? (haha.ga ding kidding aja ya)

oke, kita awalin pembahasan ini dengan 3 huruf yakni ego. apa itu ego? nama pakde sebelah? ato nama makanan sejenis combro? nononooono.. ego itu erat kaitannya dengan rasa lebih tepatnya perasaan yang sulit dikendalikan.. yaaps sejenis egois..

mementingkan diri sendiri, ga peduli perasaan org lain, gabisa ngendaliin emosi, ga mau kalo ga ditegor duluan, paling anti sms mantan duluan, ga mau minta maaf kalo salah. ituu semua bisa dikatakan EGOIS!! and u know that? egois itu ga baik..
hidup itu yang bener bukan take and give tapi belajarlah untuk give and take.
kita berikan kepedulian maka kita akan mendapatkan kepedulian pula begitupun dgn halhal lainnya..

gw jg masih sering uncontrol apa yang ada didlm diri gw. gw nulis ini karena gw care bgt sama hal yg satu ini. gw pengen seenggaknya lebih bisa nahan ego aja dr sebelumsebelumnya.
intinya adalah learning process..
keledai aja ga mau jatuh kelubang yang sama, apalagi manusia. ya kaaan?

so, start to control ur anger .. and then u get ur happiness..

#thanks god it's FRIDAY

5 April 2012

copas dari grup sebelah, semoga mengubah paradigma kita mngenai sistem pendidikan di indonesia..


Ditulis oleh: Prof. Rhenald Kasali (Guru Besar FE UI)

LIMA belas tahun lalu saya pernah mengajukan protes pada guru sebuah sekolah tempat anak saya belajar di Amerika Serikat. Masalahnya, karangan berbahasa Inggris yang ditulis anak saya seadanya itu telah diberi nilai E (excellence) yang artinya sempurna, hebat, bagus sekali. Padahal dia baru saja tiba di Amerika dan baru mulai belajar bahasa.

Karangan yang dia tulis sehari sebelumnya itu pernah ditunjukkan kepada saya dan saya mencemaskan kemampuan verbalnya yang terbatas. Menurut saya tulisan itu buruk, logikanya sangat sederhana. Saya memintanya memperbaiki kembali, sampai dia menyerah.

Rupanya karangan itulah yang diserahkan anak saya kepada gurunya dan bukan diberi nilai buruk, malah dipuji. Ada apa? Apa tidak salah memberi nilai? Bukankah pendidikan memerlukan kesungguhan? Kalau begini saja sudah diberinilai tinggi, saya khawatir anak saya cepat puas diri.

Sewaktu saya protes, ibu guru yang menerima saya hanya bertanya singkat. “Maaf Bapak dari mana?”

“Dari Indonesia,” jawab saya.

Dia pun tersenyum.

BUDAYA MENGHUKUM

Pertemuan itu merupakan sebuah titik balik yang penting bagi hidup saya. Itulah saat yang mengubah cara saya dalam mendidik dan membangun masyarakat.

“Saya mengerti,” jawab ibu guru yang wajahnya mulai berkerut, namun tetap simpatik itu. “Beberapa kali saya bertemu ayah-ibu dari Indonesia yang anak anaknya dididik di sini,” lanjutnya. “Di negeri Anda, guru sangat sulit memberi nilai. Filosofi kami mendidik di sini bukan untuk menghukum, melainkan untuk merangsang orang agar maju. Encouragement! ” Dia pun melanjutkan argumentasinya.

“Saya sudah 20 tahun mengajar. Setiap anak berbeda-beda. Namun untuk anak sebesar itu, baru tiba dari negara yang bahasa ibunya bukan bahasa Inggris, saya dapat menjamin, ini adalah karya yang hebat,” ujarnya menunjuk karangan berbahasa Inggris yang dibuat anak saya.

Dari diskusi itu saya mendapat pelajaran berharga. KITA TIDAK DAPAT MENGUKUR PRESTASI ORANG LAIN MENURUT UKURAN KITA.

Saya teringat betapa mudahnya saya menyelesaikan study saya yang bergelimang nilai “A”, dari program master hingga doktor.

Sementara di Indonesia, saya harus menyelesaikan studi jungkir balik ditengarai ancaman drop out dan para penguji yang siap menerkam. Saat ujian program doktor saya pun dapat melewatinya dengan mudah.

Pertanyaan mereka memang sangat serius dan membuat saya harus benar-benar siap. Namun suasana ujian dibuat sangat bersahabat. Seorang penguji bertanya dan penguji yang lain tidak ikut menekan, melainkan ikut membantu memberikan jalan begitu mereka tahu jawabannya. Mereka menunjukkan grafik-grafik yang saya buat dan menerangkan seterang-terangnya sehingga kami makin mengerti.

Ujian penuh puja-puji, menanyakan ihwal masa depan dan mendiskusikan kekurangan penuh keterbukaan.

Pada saat kembali ke Tanah Air, banyak hal sebaliknya sering saya saksikan. Para pengajar bukan saling menolong, malah ikut “menelan” mahasiswanya yang duduk di bangku ujian.

***

Etika seseorang penguji atau promotor membela atau meluruskan pertanyaan, penguji marah-marah, tersinggung, dan menyebarkan berita tidak sedap seakan-akan kebaikan itu ada udang di balik batunya. Saya sempat mengalami frustrasi yang luar biasa menyaksikan bagaimana para dosen menguji, yang maaf, menurut saya sangat tidak manusiawi.

Mereka bukan melakukan ENCOURAGEMENT, melainkan discouragement. Hasilnya pun bisa diduga, kelulusan rendah dan yang diluluskan pun kualitasnya tidak hebat-hebat betul. Orang yang tertekan ternyata belakangan saya temukan juga menguji dengan cara menekan. Ada semacam balas dendam dan kecurigaan.

Saya ingat betul bagaimana guru-guru di Amerika memajukan anak didiknya. Saya berpikir pantaslah anak-anak di sana mampu menjadi penulis karya-karya ilmiah yang hebat, bahkan penerima Hadiah Nobel. Bukan karena mereka punya guru yang pintar secara akademis, melainkan karakternya sangat kuat: karakter yang membangun, bukan merusak.

Kembali ke pengalaman anak saya di atas, ibu guru mengingatkan saya. “Janganlah kita mengukur kualitas anak-anak kita dengan kemampuan kita yang sudah jauh di depan,” ujarnya dengan penuh kesungguhan.

Saya juga teringat dengan rapor anak-anak di Amerika yang ditulis dalam bentuk verbal.

Anak-anak Indonesia yang baru tiba umumnya mengalami kesulitan, namun rapornya tidak diberi nilai merah, melainkan diberi kalimat yang mendorongnya untuk bekerja lebih keras, seperti berikut. “Sarah telah memulainya dengan berat, dia mencobanya dengan sungguh-sungguh. Namun Sarah telah menunjukkan kemajuan yang berarti.”

Malam itu saya mendatangi anak saya yang tengah tertidur dan mengecup keningnya. Saya ingin memeluknya di tengah-tengah rasa salah telah memberi penilaian yang tidak objektif.

Dia pernah protes saat menerima nilai E yang berarti excellent (sempurna), tetapi saya mengatakan “gurunya salah”. Kini saya melihatnya dengan kacamata yang berbeda.

MELAHIRKAN KEHEBATAN

Bisakah kita mencetak orang-orang hebat dengan cara menciptakan hambatan dan rasa takut? Bukan tidak mustahil kita adalah generasi yang dibentuk oleh sejuta ancaman: gesper, rotan pemukul, tangan bercincin batu akik, kapur, dan penghapus yang dilontarkan dengan keras oleh guru, sundutan rokok, dan seterusnya.

Kita dibesarkan dengan seribu satu kata-kata ancaman: Awas…; Kalau,…; Nanti,…; dan tentu saja tulisan berwarna merah menyala di atas kertas ujian dan rapor di sekolah.

SEKOLAH yang membuat kita TIDAK NYAMAN mungkin telah membuat kita MENJADI LEBIH DISIPLIN. Namun di lain pihak dia juga bisa MEMATIKAN INISIATIF dan MENGENDURKAN SEMANGAT. Temuan-temuan baru dalam ilmu otak ternyata menunjukkan otak manusia tidak statis, melainkan dapat mengerucut (mengecil) atau sebaliknya, dapat tumbuh.

Semua itu sangat tergantung dari ancaman atau dukungan (dorongan) yang didapat dari orang-orang di sekitarnya. Dengan demikian kecerdasan manusia dapat tumbuh, sebaliknya dapat menurun. Seperti yang sering saya katakan, ada orang pintar dan ada orang yang kurang pintar atau bodoh.

Tetapi juga ada orang yang tambah pintar dan ada orang yang tambah bodoh.

Mari kita renungkan dan mulailah mendorong kemajuan, bukan menaburkan ancaman atau ketakutan. Bantulah orang lain untuk maju, bukan dengan menghina atau memberi ancaman yang menakut-nakuti

6 Januari 2012

realistis dan idealis serta optimis

(before sleeping)
banyak hal yg must kita perbuat untuk di tahun ini.

lo ga butuh tercapainya banyak keinginaan tp seenggaknya terwujudnya sebuah impian lewat satu tindakan.
everything is possible  but something impossible if there is no ACT..

semangaaaaat,semangaaaat dan semangkaa :)