24 Oktober 2011

dramaturgi

pernah denger? pernah liat? atau bahkan pernah tauuu??

kenneth deva burke , seorang teoritis literatur amerika dan filosof memperkenalkan konsep dramatisme sebagai metode untuk memahami funsi sosial dari bahasa dan drama sebagai simbolik kata dan kehidupan sosial. 
kemudian erving goffman tertarik untuk memperdalam kajian teori ini dan menyempurnakannya dalam bukunya yang terkenal yaitu the presentation of self in everyday life  yang mana buku ini merupakan sumbangan terbesar bagi ilmu sosial.
goffman lebih memahami dramaturgi dari segi sosiologi. 
teori ini menggambarkan perilaku manusia di frontstage sangat bertolak belakang ketika manusia itu berada di backstage.
selayaknya seorang aktris memerankan tokohnya dalam sebuah film. 
  Dramaturgi memahami bahwa dalam interaksi antar manusia ada “kesepakatan” perilaku yang disetujui yang dapat mengantarkan kepada tujuan akhir dari maksud interaksi sosial tersebut. Bermain peran merupakan salah satu alat yang dapat mengacu kepada tercapainya kesepakatan tersebut.    Bukti nyata bahwa terjadi permainan peran dalam kehidupan manusia dapat dilihat pada masyarakat kita sendiri. Manusia menciptakan sebuah mekanisme tersendiri, dimana dengan permainan peran tersebut ia bisa tampil sebagai sosok-sosok tertentu. 
jadi intinya dalam teori dramaturgi ini , bahwa identitas manusia adalah tidak stabil.  sama halnya dengan identias manusia bisa berubah-rubah berdasarkan interaksi sosial yang dilakukannya .

manusia merupakan aktor yang dapat menimbulkan unsur pencitraan ketika dia berada di frontstage. demi mencapai tujuannya itu manusia akan berprilaku yang mendukung perannya tersebut. memperhitungkan setting,kostum, ucapan ataupun simbol-simbol nonverbal lainnya demi menimbulkan pencitraan yang baik. 

pada era sekarang inii banyak sekalii yang berpedoman pada teori ini dalam melakukan banyak hal. sebagai contoh para pejabat-pejabat tinggi yang cenderung berakting ketika sudah duduk dikursi-kursi kehormatan mereka. 
padahal apa yang mereka tampilkan di frontstage sangat bertolak belakang dengan keadaan sebenarnya.

according to my opinion, this theory can be used for special case.. 
mungkin ketika diposisikan dlm sebuah instansi tertentu. baik saya ambil contoh seperti dokter dirumah sakit yang manaa ketika ada orang yang sakit dan membutuhkan dia maka sang dokter harus berlaku sebagai seorang dokter yang profesional meskipun dia adalah seorang suami yang istrinya sedang sakit. dalam hal ini keprofesionalitasan seseorang sangat dibutuhkan dan teory ini bisa digunakan. 


dramaturgis masuk kedalam perspektif objektif, dicontohkan seperti ini:
pada kasus Kekerasan pada Rumah Tangga (“KDRT”), saat perilaku kekerasan itu hendak terjadi, korban sebenarnya memiliki pilihan, berserah diri atau melakukan perlawanan. Bila ia memberontak maka konsekuensinya adalah ini dan bila ia pasrah maka akibatnya seperti itu. Proses subyektif ini akan beralih menjadi obyektif saat ia menjalani peran yang dipilihnya tersebut. Misalnya yang ia ambil adalah pasrah karena ia takut kalau ia melarikan diri konsekuensinya lebih parah, atau ia merasa terlalu tergantung kepada tersangka dan mengkhawatirkan nasih anaknya bila ia melawan. 
Dramaturgis merupakan teori yang mempelajari  proses dari perilaku dan bukan hasil dari perilaku

decision : karena sesungguhnya dunia ini adalah panggung sandiwara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar